BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Fisiologi dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ,
jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi menerangkan faktor-faktor fisik dan
kimia yang bertanggung jawab akan asal, perkembangan, dan gerak maju kehidupan.
Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem
respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem
saraf, sistem endokrin dan reproduksi.
Osmoregulasi
adalah upaya mengontrol keseimbangan air dan ion-ion antara tubuh dan
lingkungannya atau suatu proses pengaturan tekanan osmose.hal ini penting
dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena; (1) harus terjadi
keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan; (2) membrane sel yang
permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat; (3)
perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan. Tanpa osmoregulasi
maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi dapat mengontrol konsentrasi
cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bias mengatur proses osmosis dalam tubuhnya
maka ikan akan mati, karena osmoregulasi sangat berfungsi dalam aspek kesehatan
ikan.
Konsep
dasar momeostasis adalah pemeliharan suatu keadan stabil dan dinamis didalam
lingkungan cairan internal untuk dapat mempertahankan semua faktor yang
mempengaruhi komunikasi antar sel pada semua sel tubuh. Karena sel-sel tubuh
tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar, kelangsungan hidup sel
bergantung pada pemeliharan cairan internal yang stabil yang berhubungan
langsung dengan sel. Sebagai contoh, dilingkungan internal O2 dan zat-zat harus terus menerus diganti sesuai
kecepatan penggunaannya oleh sel. Kandungan O2 pada lingkungan air
berhubungan erat dengan suhu, sehingga mempengaruhi suhu cairan intra dan
ektsra sel, sehingga menyebabkan stress yang ditandai dengan aktifitas
operculum. Salah satu yang mempengaruhi homeostasis adalah suhu air pada
lingkungan hidup ikan.
Ikan
merupakan hewan poikiterm, suhu tubuhnya akan menyesuaikan diri dengan suhu
lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut yang
akan berakibat terhadap proses respirasi ikan. Ikan mas merupakan salah satu
jenis ikan yang sensitive terhadap kandungan oksigen terlarut dalam media air
tempat hidupnya.
1.2.
Tujuan
Adapun
tujuan dalam peraktikum ini ialah sebagai berikut :
1. prektikum
ini dilaksanakan untuk mengetahui perubahan salinits media air terhadap kondisi fisik dan tingkah
laku ikan.
2. prektikum
ini dilaksanakan untuk mengetahui perubahan suhu panas lingkungan air terhadap
operculum pada ikan yang secara tidak langsung ingin mengetahui perubahan
tingkah laku (stress) dan kondisi fisik ikan tersebut sebagai respon dari
ketidakstabilan lingkungan cairan internal sel.
3. prektikum
ini dilaksanakan untuk menghitung komsumsi oksigen ikan mas yang sensitive
terhadap kadar oksigen terlarut di media hidupnya.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Osmoregulasi adalah upaya mengontrol
keseimbangan air dan ion–ion antara tubuh dan lingkungannya atau suatu proses
pengaturan tekanan osmose.hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme
perairan karena; (1) harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan
lingkungan; (2) membrane sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa
substansi yang bergerak cepat; (3) perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh
dan lingkungan. Tanpa osmoregulasi maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi
dapat mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bias mengatur
proses osmosis dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karena osmoregulasi sangat
berfungsi dalam aspek kesehatan ikan (Fujaya,1999).
Pengaturan terhadap tekanan embran
cairan tubuh yang embrane konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses
fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal. Pengaturan tersebut disebut dengan
osmoregulasi. Organ yang berperan dalam proses osmoregulasi adalah ginjal,
insang, kulit, embrane mulut dan beberapa organ khusus yang digunakan dengan
berbagai cara (Burhanuddin, 2008).
Osmoconformer adalah
sebutan bagi hewan yang mampu memelihara keseimbangan antara cairan tubuh
dengan keadaan lingkungan sekitar. Kebanyakan embraneate laut adalah
osmoconformer, dimana cairan tubuh mereka embrane dari keadaan lingkungannya.
Meskipun konsentrasi embrane dari garam dan cairan tubuh mereka berubah – ubah
dibandingkan air laut, dalam kasus ini hewan juga harus mengatur tingkat ion
internal (Djawad, dkk, 2007). Difusi adalah perpindahan suatu substansi dari
tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat yang konsentrasinya rendah. Osmosis
adalah proses difusi air dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke
konsentrasinya rendah yang melewatisebuah embrane permeable (Djawad,dkk,2007).
Kebutuhan oksigen ikan
sangat dipengaruhi umur, aktivitas,serta kondisi perairan. Semakin tua suatu
organisme, laju metabolismenya semakin rendah. Selain itu, umur mempengaruhi
ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang berbeda membutuhkan oksigen yang berbeda
pula. Semakin besar ukuran ikan,jumlah konsumsi oksigen per mg berat badan
semakin rendah. Selain perbedaan ukuran, perbedaan aktivitas juga menyebabkan
perbedaan kebutuhan oksigen. Namun demikian, pemenuhan kebutuhan ini sangat
ditentukan oleh kondisi oerairan terutama kelarutan oksigen ( Fujaya,2004 ).
Ikan membutuhkan
oksigen untuk proses penguraian makanan dalam tubuhnaya dan kesemua komponen
proses metabolisme membutuhkan oksigen oleh karna itu termasuk bakteri, prposes
masuknya oksigen dengan cara difusi kedalam tubuh ikan melewati organ insang
dan keluarnya CO2 ke lingkungan perairan
bebas diluar tubuh ikan di sebut dengan pernapasan.oleh karna itu kebutuhan
oksigen dalam air harus tetap terjaga karena kekurangan oksigen akan
mengakibatkan biota yang kita pelihara bersaing satu sama lain untuk memenuhi
kebutuhan oksigennya yang mengakibatkan stres sampai dengan kematian total
(Firdau, 2011).
Faktor yang
mempengaruhi konsumsi oksigen pada antaras lain; (1) Aktifitas , ikan dengan aktifitas tinggi
misalnya ikan yang aktif berenang akan mengkonsumsi oksigen jauh lebih banyak
dari pada ikan yang tidak aktif, (2) Ukuran, Ikan dengan ukuran lebih kecil,
kecepatan metabolismenya lebih tinggi daripada ikan yang berukuran besar
sehingga oksigen yang dikonsumsi lebih banyak, (3) Umur, ikan yang berumur
masih muda akan mengkonsumsi oksigen
lebih banyak dari
pada ikan yang
lebih tua, dan (4) Temperatur, ikan yang berada pada temperatur tinggi
laju metabolismenya juga tinggi
sehingga konsumsi oksigen
lebih banyak ikan (Zonneveld,
1991).
Homeostasis adalah
kemampuan untuk beradaptasi dengan atau terhadap lingkungan internal atau
eksternal yang senantiasa berubah sebagai suatu kunci keberhasilan, bertahan
dan tetap hidup, atau suatu keadaan seimbang yang sifatnya dinamis, yang
dipertahankan tubuh melalui pergeseran dan penyesuaian atau adaptasi terhadap
ancaman yang berlangsung secara konstan (Dubois, 1956).
Proses homeostasis ini
dapat terjadi apabila tubuh mengalamai stress sehingga tubuh secara alamiah
akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisisi nyang
seimbang. Homeostasis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh
suatu sistem endokrin dan saraf otonom. Secara alamiah proses homeostasis dapat
terjadi dalam tubuh manusia (Selain dari proses homeostasis, metabolisme energi
memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup fungsi organisme, beserta
adaptasi stres dan toleransinya (Sokolova et al., 2012).
Homeostasis
dikendalikan oleh suatu proses otonom tanpa dikomandoi sistim syaraf
(voluntary) dan yang dikontrol syaraf (involuntary). Proses ini dibantu oleh
sistem saraf somatik dan autonomik dan sistim hormonal. Titik akhir banyak
variabel diatur oleh hypothalamus, akan tetapi dapat bervariasi terkait variasi
input. Karena titik akhir bervariasi, proses homeostasis menyesuaikan dengan
kerja dengan kondisi akhir baru. Aktifitas hormon dan saraf berinteraksi pada
daerah hypothalamic-pituitary dari otak (Eckertt et al., 1988).
BAB III
METODELOGI KERJA
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum
ini bertempat di Laboraturium Biologi, Fakultas Kelautan dan Perikanan,
Universitas Syiah Kuala pada tanggal 28 November 2015, hari Sabtu, Pukul 10.00
WIB sampai dengan selesai.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan pada Praktikum kali ini adalah:
Table 3.2 Alat
dan Bahan
No
|
Alat dan Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Ikan Nila ( Oreochromis nilloticus)
|
1 unit
|
2
|
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
|
5 unit
|
3
|
Akuarium
|
3 unit
|
4
|
Garam
|
Secukupnya
|
5
|
Termometer
|
1 unit
|
6
|
Air Bersih
|
Secukupnya
|
7
|
Refaktometer
|
1 unit
|
8
|
DO Meter
|
1 unit
|
9
|
Air Panas
|
Secukupnya
|
10
|
Stopwatch
|
1 unit
|
11
|
Plastik Wrap
|
Secukupnya
|
12
|
Timbangan Analitik
|
1 unit
|
13
|
Wadah Plastik
|
1 unit
|
3.3 Cara
Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum
kali ini adalah:
3.3.1 Sistem
Osmoregulasi
Prosedur pengerjaan
yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan
tiga buah wadah (toples) yang bersih dan member label masing-masing: 0, 10, 15,
20 ppm.
- Mengisi
masing-masing wadah dengan air bersalinitas sesuai dengan konsentrasi label
pada wadah.
- Mengukur
salinitas air/media asal organisme yang dijadikan ikan percobaan.
- Memasukan
secara perlahan-lahan 1 ekor ikan nila dan ikan mas kedalam tiap-tiap wadah
(toples) yang telah diberi label perlakuan salinitas.
- Melakukan
pengamatan selanjutnya setiap 15 menit selama satu jam dan mencatat semua
perubahan fisik dan tingkah lakunya.
3.3.2 Konsumsi
Oksigen
Prosedur
pengerjaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
- Siapkan
wadah plastik yang telah diisi air.
- Timbangan
analitik, lalu catat bobotnya.
- Ukuran
oksigen terlarutnya dengan menggunakannya DO meter, catat hasilnya.
- Masukkan
ikan dengan hati-hati tanpa ada air yang memercik.
- Tutup
wadah percobaan dengan plastik wrap, agar tidak ada kontak dengan udara luar.
- Wadah
percobaan dibiarkan selama 60 menit.
- Setelah
selesai, penutup plastic dibuka, ikan dipindahkan secara hati-hati, jangan
sampai terjadi percikan air, lalu ukur oksigen terlarut pada media air wadah
percobaan tersebut dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode winkler,
catat hasilnya.
-
adalah konsumsi oksigen ikan tersebut.

3.3.3 Sistem
Homeostasis
Prosedur
pengerjaan yang dilakuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-
Diaklimitas 3 ekor ikan
dari wadah plastic, dimasukan ke dalam salah satu wadah yang telah diberi air.
-
Di masukan air ke dalam
wadah secukupnya, lalu di ukur suhunya dengan thermometer dengan dimasukan
bongkahan es sesuai dengan suhu perlakuan.
-
Pemantauan akan
dilakukan tiga perlakuan dan satu control, yaitu:
a. Suhu
kamar (kontrol)
b. Suhu
dinaikan 3

c. Suhu
dinaikan 6

d. Suhu
dinaikan 9

-
Ketiga ikan yang
diamati dimasukan ke dalam wadah toples yang sudah di beri perlakuan(perlakuan
3.a/kontrol) selanjutnya hitung aktifitas membuka dan menutup operculum ikan
tersebut selama satu menit dengan menggunakan stopwatch sebagai petunjuk waktu
lalu diulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh dicata
pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
-
Setelah itu dilanjutkan
dengan perlakuan berikutnya sampai ketiga tersebut teramati. Ikan yang telah
diamati diletakan ke dalam wadah plastik lain.
-
Dilanjutkan dengan
perlakuan 3.b dengan mengatur suhu air pada wadah dinaikan Suhu dinaikan 3
dengan suhu yang diinginkan menggunakan es
batu. Perlakuan dan pengamatan sama sepereti pada prosedur nomor 5.

-
Perlakuan 3.c dan 3.b
(suhu Suhu dinaikan 6
dan suhu 9
),
dilakukan dengan mengatur suhu air pada wadah yaitu suhu yang diinginkan dengan
menggunakan air panas. Perlakuan dan pengamatan sama seperti prosedur no 4 dan
no 5.


-
Data hasil pengamatan
dimasukan ke dalam table yang telah disediakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Hasil pengamatan dari praktikum kali ini
adalah:
4.1.1 Sistem
Osmoregulasi
Tabel 4.1.1 Sistem Osmoregulasi
ppm
|
Tingkah Laku
|
Kondisi Fisik
|
0 ppm
|
Normal
|
Baik
|
Aktif
|
||
Tenang
|
||
10 ppm
|
Ikan mas sering muncul kepermukaan
|
Menit ketigabelas operculum ikan mas sering terbuka
|
Ikan nila berenang normal
|
||
Pada menit kelima ikan nila sering naik keatas
|
||
Pada menit kesepuluh ikan mas mulai panik
|
||
Pada menit ketigabelas ikan nila mulai stress
|
||
Pada menit kelimabelas ikan mas melompat keluar
|
||
15 ppm
|
Pada menit kedua ikan mas mulai panik
|
Operculum ikan mas sering terbuka, menit ketujuh warna ikan mas
mulai berubah pucat
|
Pada menit kedua ikan mas berenangnya mulai miring
|
||
<enit keempat ikan mas sering tidak Bergerak
|
||
Menit kelima ikan nila sering tidak bergerak
|
||
20 ppm
|
Ikan mas tidak seimbang dalam berenang
|
Warna ikan berubah berubah pucat, mata ikan nila berubah warna
merah, operculum ikan nila berubah merah, sisik ikan mas terkelupas, menit
kedelapan operculum ikan mas sering terbuka, insang ikan mas berlendir,
insang ikan mas lepas
|
Pada menit kedelapan ikan mas mulai panik
|
||
Menit kesembilan ikan nila mulai melompat keluar
|
||
Dimenit kesebelas mulai tidak seimbang
|
4.1.2 Konsumsi
Oksigen
Tabel 4.1.2 Konsumsi Oksigen
No
|
Bobot Ikan (g)
|
DO awal (mg/l)
|
DO akhir (mg/l)
|
Konsumsi
![]() |
1
|
50.45
|
0.5
|
0.8
|
0.3
|
2
|
89.22
|
1
|
0.5
|
0.5
|
3
|
35.3
|
1
|
0.5
|
0.5
|
4
|
51.12
|
0.5
|
0.5
|
0
|
5
|
83.2
|
0.5
|
0.6
|
0.9
|
4.1.3 Sistem
Homeostasis
Tabel 4.1.3 Sistem Homeostasis
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata-Rata
|
Tingkah laku
|
Kondisi Fisik
|
||
I
|
II
|
III
|
|||||
29
![]() |
1
|
60
|
94
|
84
|
79
|
Normal
|
Normal
|
2
|
98
|
105
|
104
|
102
|
|||
3
|
96
|
124
|
118
|
113
|
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata-Rata
|
Tingkah laku
|
Kondisi Fisik
|
||
I
|
II
|
III
|
|||||
32
![]() |
1
|
86
|
90
|
85
|
87
|
Normal
|
Normal
|
2
|
100
|
97
|
94
|
97
|
|||
3
|
82
|
67
|
84
|
78
|
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata-Rata
|
Tingkah laku
|
Kondisi Fisik
|
||
I
|
II
|
III
|
|||||
35
![]() |
1
|
80
|
88
|
90
|
86
|
Sering Naik kerpermukaan
|
Keluar gelembung dari operculum dan hemoragi
|
2
|
86
|
103
|
125
|
105
|
|||
3
|
143
|
128
|
162
|
144
|
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata-Rata
|
Tingkah laku
|
Kondisi Fisik
|
||
I
|
II
|
III
|
|||||
40
![]() |
1
|
86
|
89
|
93
|
89
|
agresif, sering naik kepermukanaan
|
Hemoragi dan warna pucat
|
2
|
86
|
90
|
92
|
89
|
|||
3
|
111
|
120
|
128
|
120
|
Suhu
|
Ikan
|
Jumalah bukaan operculum
|
Tingkah Laku
|
Kondisi Fisik
|
4.2 Pembahasan
4.2.3
Sistem
Osmoregulasi Ikan
1.
Ikan mas
Berdasarkan pada
tabel di atas
maka dapat diketahui
bahwa pada pengamatan 0 ppt pada
ikan ikan mas (Cyprinus carpio), tingkah laku ikan masih terlihat bergerak
normal dimana pada menit ke-15 hingga menit ke-45 kondisinya cenderung sama
yaitu aktif dan sedikit mengeluarkan feses.. hal ini dikarenakan ikan berada
pada lingkungan yang sesuai dengan lingkungan asalnya dimana ikan ini
bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungannya.
Pengamatan terhadap
lingkungan yang bersalinitas 10
ppt memperlihatkan bahwa pada
pengamatan 15 menit
I ikan langsung
tampak gelisah, tetapi pada 15 menit II ikan mulai bereksi dan media
menjadi keruh. Terjadinya
perubahan pergerakan ini
menandakan bahwa ikan tidak
mampu lagi menyesuaikan diri
pada waktu yang
lama, ini dikarenakan jumlah
ion - ion dalam
tubuh semakin berkurang.
Pengamatan terhadap
salinitas 15 ppt, tingkah laku ikan sama pada 15 menit I
dan 15 menit
II dimana ikan
bergerak aktif, kadang
berenang ke permukaan dan kadang
di dasar. Keadaan ini meperlihatkan bahwa tingkah laku ikan masih dalam keadaan
yang normal. Pada pengamatan 15 menit III terlihat ikan mulai gelisah dan
mengeluarkan feses, media/air menjadi keruh serta ikan kebanyakan berada di
permukaan. Ini menandakan bahwa ikan mulai melakukan penyesuaian antara ion-ion
yang ada pada lingkungan dengan ion-ion yang ada dalam tubuh.
Pengamatan terhadap
lingkungan yang bersalinitas 30
ppt memperlihatkan bahwa pada
pengamatan 15 menit
I ikan langsung
tampak gelisah, tetapi pada 15 menit II ikan mulai lemas banyak
mengeluarkan feses, dan media menjadi
keruh. Terjadinya perubahan
pergerakan ini menandakan bahwa ikan
tidak mampu lagi
menyesuaikan diri pada
waktu yang lama,
ini dikarenakan jumlah ion -
ion dalam tubuh
semakin berkurang.
2.
Ikan nila
Pada pengamatan 0 ppt
terhadap ikan Nila (Oreochromis nilotikus) tingkah laku ikan dari pengamatan 15
menit I hingga pengamatan 15 menit III, ikan masih bergerak normal. Hal ini
dikarenakan ikan berada pada lingkungan
yang sesuai dengan lingkungan
asalnya dimana ikan ini dapat bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya.
Pengamatan terhadap
lingkungan yang bersalinitas 10 ppt
memperlihatkan bahwa pada
pengamatan 15 menit
I ikan langsung
tampak gelisah, tetapi pada 15 menit II ikan mulai bereksi dan media
menjadi keruh. Terjadinya
perubahan pergerakan ini
menandakan bahwa ikan tidak
mampu lagi menyesuaikan diri
pada waktu yang
lama, ini dikarenakan jumlah
ion - ion dalam
tubuh semakin berkurang.
Pengamatan tingkah laku ikan
pada salinitas 15 ppt yaitu pada 15 menit I
ikan mulai bergerak aktif. Pada 15 menit II tingkah laku ikan masih sama
yaitu bergerak aktif dan mengeluarkan
feses. Dari tingkah laku ikan yang
bergerak aktif dan normal
dapat diketahui bahwa
ikan dapat beradaptasi
dengan lingkungan. Pengamatan tingkah laku ikan pada
salinitas 30 ppt yaitu pada 15 menit I ikan
mulai bergerak aktif
dan mengeluarkan feses.
Pada 15 menit
II ikan bergerak aktif dan
banyak bergerak ke permukaan. Pada 15 menit III ikan lebih banyak berada
di dasar.
4.2.2
Sistem
Homeostasis Ikan
Berdasarkan hasil pengamatan yang
kami dapatkan, diketahui bahwa setiap hewan air melakukan proses osmoregulasi
untuk mencapai keseimbangan antara kadar ion/larutan dalam tubuh dengan
lingkungan disekitarnya, guna untuk dapat mempertahankan kehidupan. Setiap
hewan air mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mencapai keseimbangan
(homeostasis). Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan
gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai
tubuh lemah, banyak mengeluarkan feses, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan
ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat
melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung
oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan
berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut
dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen.
Operkulum ikan yang membuka dan menutup sangat
bergantung terhadap suhu air sebagai media hidup ikan. Seperti sampel ikan
yang kami masukkan kedalam air yang bersuhu 28°C, 31°C, 34°C dan 36°C operkulumnya berkerja
dengan sangat cepat. Hal tersebut sesuai
seperti yang dikatakan oleh para ahli; Ikan yang
hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami kenaikan
kecepatan respirasi. Gerakan
operkulum sebenarnya merupakan indikator laju respirasi Ikan. Berarti, suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan ikan.
Telah diketahui bahwa suhu tinggi akan menyebabkan berkurangnya gas oksigen
terlarut, akibatnya ikan akan mempercepat gerakan operkulum untuk mendapatkan
gas oksigen dengan cepat sesuai kebutuhan respirasinya.
4.2.3
Konsumsi Oksigen
Pada Ikan
Dilihat dari DO awal dan
DO setelah perlakuan seperti pada tabel diatas, dapat
dilihat bahwa DO setelah perlakuan semakin rendah dibandingkan dengan DO awal.
Hal tersebut dikarenakan karena O2 yang ada dalam wadah dikonsumsi oleh ikan uji yang ada di dalamnya,
dan kadar O2 tersebut tidak mengalami
panambahan lagi karena ditutup oleh plastic wrap sehingga hasilnya adalah DO
setelah perlakuan memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan DO awal.
Konsumsi oksigen di hitung dengan cara Do awal
– Do akhir dibagi bobot ikan lalu dikali 2 ,seperti konsumsi oksigen yang
dihasilkan kelompok 4 yaitu sebanyak 0,3 karena Do awal nya 0,5 kemudian
setelah dimasukan kedalam air dalam wadah kemudian ditutup menggunakan cling
wrap selama 60 menit kadar Do akhir menjadi 0,8 kemudian bobot ikan nilanya
sebesar 50.45 gram. Namun terdapat
beberapa perbedaan hasil konsumsi oksigen yang diperoleh tiap perlakuan karena
jumlah Do awal,Do akhir,bobot ikan yang berbeda. Bahkan ketika Do awalnya sama
pun belum tentu Do akhir yang diperoleh setiap ikan berbeda karena bergantung
pula pada bobot ikan Selain itu,
kebutuhan O2 pada ikan sangat
dipengaruhi oleh :
1. Umur
Semakin
tua suatu organisme, laju metabolismenya semakin rendah. Umur ikan
mempengaruhi ukuran ikan,
ukuran ikan yang
berbeda membutuhkan O2 yang
berbeda. Semakin besar ukuran ikan,
jumlah konsumsi O2 per mg berat badan semakin rendah.
2. Aktivitas
Ikan yang aktif
membutuhkan O2 lebih banyak dibanding ikan yang pasif.
3. Kondisi Perairan
Kondisi perairan sendiri
sangat tergantung pada kelarutan O2 dimana kelarutan O2 dipengaruhi ole :
·
Suhu, semakin tinggi suhu maka semakin rendah
kelarutannya dalam air.
·
Salinitas, semakin tinggi salinitas maka semakin
rendah pula kelarutannya dalam air.
·
Tekanan, semakin tinggi tekanna maka semakin tinggi
kelarutan dalam air
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.
Kebutuhan
O2 pada ikan sangat dipengaruhi oleh
umur, aktivitas dan kondisi perairan.
2.
Semakin tua
suatu organisme, laju metabolismenya semakin rendah.
3.
Suhu tinggi
tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status
kesehatan untuk jangka panjang.
4.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang kami dapatkan, diketahui bahwa setiap hewan air melakukan
proses osmoregulasi untuk mencapai keseimbangan.
5.
Operkulum ikan yang membuka dan menutup sangat bergantung terhadap suhu
air sebagai media hidup ikan.
1.2 Saran
Saran saya adalah agar praktikum
selanjutnya bisa lebih baik lagi, terutama kelengkapan alat-alat praktek perlu
diperhatikan lagi agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Burhanuddin,
A Iqbal. 2008. Ikhtiologi. Yayasan
Citra Emulsi. Makassar
Dubois,
M. et al. 1956. Colorimetric method for
determination of sugars and related
substances. Analytical Chemistry.
Djawad,
M. I, Ambas, I, Yusri, K. 2007. Penuntun
Praktikum Fisiologi Hewan Air. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Eckertt
R., Randall D., Augustine G., 1988. Animal
Physiology, Mechanism and
Adaptations. WH Freeman and Company New York. Third Edition.
Firdaus.
2011. Budidaya perikanan. Tira
Pustaka, Jakarta.
Fujaya,
Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassa.
Fujaya
,Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar
Pengembangan Tekhnik Perikanan. Penerbit
Rineka Cipta; jakarta.
Sokolova,
Inna M., Markus Frederich, Rita Bagwe. 2012.
Energy homeostasis as an integrative
tool for assessing limits of environmental stress tolerance in aquatic invertebrates. Marine
Environmental Research. 79: 1-15
Zonneveld, 1991. Anatomi Ikan. PT intermasa, Jakarta
No comments:
Post a Comment