Tuesday, 5 April 2016

SISTEM OSMOREGULASI IKAN, SISTEM HOMEOSTATIS DAN KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN



BAB I
PENDAHULUAN
      1.1.      Latar Belakang
            Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi menerangkan faktor-faktor fisik dan kimia yang bertanggung jawab akan asal, perkembangan, dan gerak maju kehidupan. Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi.
            Osmoregulasi adalah upaya mengontrol keseimbangan air dan ion-ion antara tubuh dan lingkungannya atau suatu proses pengaturan tekanan osmose.hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena; (1) harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan; (2) membrane sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat; (3) perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan. Tanpa osmoregulasi maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi dapat mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bias mengatur proses osmosis dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karena osmoregulasi sangat berfungsi dalam aspek kesehatan ikan.
            Konsep dasar momeostasis adalah pemeliharan suatu keadan stabil dan dinamis didalam lingkungan cairan internal untuk dapat mempertahankan semua faktor yang mempengaruhi komunikasi antar sel pada semua sel tubuh. Karena sel-sel tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar, kelangsungan hidup sel bergantung pada pemeliharan cairan internal yang stabil yang berhubungan langsung dengan sel. Sebagai contoh, dilingkungan internal O2  dan zat-zat harus terus menerus diganti sesuai kecepatan penggunaannya oleh sel. Kandungan O2 pada lingkungan air berhubungan erat dengan suhu, sehingga mempengaruhi suhu cairan intra dan ektsra sel, sehingga menyebabkan stress yang ditandai dengan aktifitas operculum. Salah satu yang mempengaruhi homeostasis adalah suhu air pada lingkungan hidup ikan.
            Ikan merupakan hewan poikiterm, suhu tubuhnya akan menyesuaikan diri dengan suhu lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan. Ikan mas merupakan salah satu jenis ikan yang sensitive terhadap kandungan oksigen terlarut dalam media air tempat hidupnya.
           

      1.2.      Tujuan
            Adapun tujuan dalam peraktikum ini ialah sebagai berikut :
1.      prektikum ini dilaksanakan untuk mengetahui perubahan salinits  media air terhadap kondisi fisik dan tingkah laku ikan.
2.      prektikum ini dilaksanakan untuk mengetahui perubahan suhu panas lingkungan air terhadap operculum pada ikan yang secara tidak langsung ingin mengetahui perubahan tingkah laku (stress) dan kondisi fisik ikan tersebut sebagai respon dari ketidakstabilan lingkungan cairan internal sel.
3.      prektikum ini dilaksanakan untuk menghitung komsumsi oksigen ikan mas yang sensitive terhadap kadar oksigen terlarut di media hidupnya.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Osmoregulasi adalah upaya mengontrol keseimbangan air dan ion–ion antara tubuh dan lingkungannya atau suatu proses pengaturan tekanan osmose.hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena; (1) harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan; (2) membrane sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat; (3) perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan. Tanpa osmoregulasi maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi dapat mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bias mengatur proses osmosis dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karena osmoregulasi sangat berfungsi dalam aspek kesehatan ikan (Fujaya,1999).
            Pengaturan terhadap tekanan embran cairan tubuh yang embrane konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal. Pengaturan tersebut disebut dengan osmoregulasi. Organ yang berperan dalam proses osmoregulasi adalah ginjal, insang, kulit, embrane mulut dan beberapa organ khusus yang digunakan dengan berbagai cara (Burhanuddin, 2008).
            Osmoconformer adalah sebutan bagi hewan yang mampu memelihara keseimbangan antara cairan tubuh dengan keadaan lingkungan sekitar. Kebanyakan embraneate laut adalah osmoconformer, dimana cairan tubuh mereka embrane dari keadaan lingkungannya. Meskipun konsentrasi embrane dari garam dan cairan tubuh mereka berubah – ubah dibandingkan air laut, dalam kasus ini hewan juga harus mengatur tingkat ion internal (Djawad, dkk, 2007). Difusi adalah perpindahan suatu substansi dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat yang konsentrasinya rendah. Osmosis adalah proses difusi air dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasinya rendah yang melewatisebuah embrane permeable (Djawad,dkk,2007).
            Kebutuhan oksigen ikan sangat dipengaruhi umur, aktivitas,serta kondisi perairan. Semakin tua suatu organisme, laju metabolismenya semakin rendah. Selain itu, umur mempengaruhi ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang berbeda membutuhkan oksigen yang berbeda pula. Semakin besar ukuran ikan,jumlah konsumsi oksigen per mg berat badan semakin rendah. Selain perbedaan ukuran, perbedaan aktivitas juga menyebabkan perbedaan kebutuhan oksigen. Namun demikian, pemenuhan kebutuhan ini sangat ditentukan oleh kondisi oerairan terutama kelarutan oksigen ( Fujaya,2004 ).
            Ikan membutuhkan oksigen untuk proses penguraian makanan dalam tubuhnaya dan kesemua komponen proses metabolisme membutuhkan oksigen oleh karna itu termasuk bakteri, prposes masuknya oksigen dengan cara difusi kedalam tubuh ikan melewati organ insang dan keluarnya CO2 ke lingkungan  perairan bebas diluar tubuh ikan di sebut dengan pernapasan.oleh karna itu kebutuhan oksigen dalam air harus tetap terjaga karena kekurangan oksigen akan mengakibatkan biota yang kita pelihara bersaing satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan oksigennya yang mengakibatkan stres sampai dengan kematian total (Firdau, 2011).
            Faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada antaras lain;  (1) Aktifitas , ikan dengan aktifitas tinggi misalnya ikan yang aktif berenang akan mengkonsumsi oksigen jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif, (2) Ukuran, Ikan dengan ukuran lebih kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi daripada ikan yang berukuran besar sehingga oksigen yang dikonsumsi lebih banyak, (3) Umur, ikan yang berumur masih muda akan  mengkonsumsi  oksigen  lebih  banyak  dari  pada  ikan  yang  lebih tua, dan (4) Temperatur, ikan yang berada pada temperatur tinggi laju metabolismenya  juga  tinggi  sehingga  konsumsi  oksigen  lebih  banyak ikan (Zonneveld, 1991).
            Homeostasis adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan atau terhadap lingkungan internal atau eksternal yang senantiasa berubah sebagai suatu kunci keberhasilan, bertahan dan tetap hidup, atau suatu keadaan seimbang yang sifatnya dinamis, yang dipertahankan tubuh melalui pergeseran dan penyesuaian atau adaptasi terhadap ancaman yang berlangsung secara konstan (Dubois, 1956).
            Proses homeostasis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalamai stress sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisisi nyang seimbang. Homeostasis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem endokrin dan saraf otonom. Secara alamiah proses homeostasis dapat terjadi dalam tubuh manusia (Selain dari proses homeostasis, metabolisme energi memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup fungsi organisme, beserta adaptasi stres dan toleransinya (Sokolova et al., 2012).
            Homeostasis dikendalikan oleh suatu proses otonom tanpa dikomandoi sistim syaraf (voluntary) dan yang dikontrol syaraf (involuntary). Proses ini dibantu oleh sistem saraf somatik dan autonomik dan sistim hormonal. Titik akhir banyak variabel diatur oleh hypothalamus, akan tetapi dapat bervariasi terkait variasi input. Karena titik akhir bervariasi, proses homeostasis menyesuaikan dengan kerja dengan kondisi akhir baru. Aktifitas hormon dan saraf berinteraksi pada daerah hypothalamic-pituitary dari otak (Eckertt et al., 1988).







BAB III
METODELOGI KERJA
3.1     Waktu dan Tempat
Praktikum ini bertempat di Laboraturium Biologi, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala pada tanggal 28 November 2015, hari Sabtu, Pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai.
3.2     Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada Praktikum kali ini adalah:
Table 3.2 Alat dan Bahan
No
Alat dan Bahan
Jumlah
1
Ikan Nila ( Oreochromis nilloticus)
1 unit
2
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
5 unit
3
Akuarium
3 unit
4
Garam
Secukupnya
5
Termometer
1 unit
6
Air Bersih
Secukupnya
7
Refaktometer
1 unit
8
DO Meter
1 unit
9
Air Panas
Secukupnya
10
Stopwatch
1 unit
11
Plastik Wrap
Secukupnya
12
Timbangan Analitik
1 unit
13
Wadah Plastik
1 unit

3.3     Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah:
3.3.1     Sistem Osmoregulasi
Prosedur pengerjaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-       Menyiapkan tiga buah wadah (toples) yang bersih dan member label masing-masing: 0, 10, 15, 20 ppm.
-       Mengisi masing-masing wadah dengan air bersalinitas sesuai dengan konsentrasi label pada wadah.
-       Mengukur salinitas air/media asal organisme yang dijadikan ikan percobaan.
-       Memasukan secara perlahan-lahan 1 ekor ikan nila dan ikan mas kedalam tiap-tiap wadah (toples) yang telah diberi label perlakuan salinitas.
-       Melakukan pengamatan selanjutnya setiap 15 menit selama satu jam dan mencatat semua perubahan fisik dan tingkah lakunya.

3.3.2     Konsumsi Oksigen
Prosedur pengerjaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-       Siapkan wadah plastik yang telah diisi air.
-       Timbangan analitik, lalu catat bobotnya.
-       Ukuran oksigen terlarutnya dengan menggunakannya DO meter, catat hasilnya.
-       Masukkan ikan dengan hati-hati tanpa ada air yang memercik.
-       Tutup wadah percobaan dengan plastik wrap, agar tidak ada kontak dengan udara luar.
-       Wadah percobaan dibiarkan selama 60 menit.
-       Setelah selesai, penutup plastic dibuka, ikan dipindahkan secara hati-hati, jangan sampai terjadi percikan air, lalu ukur oksigen terlarut pada media air wadah percobaan tersebut dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode winkler, catat hasilnya.
-         adalah konsumsi oksigen ikan tersebut.

3.3.3     Sistem Homeostasis
Prosedur pengerjaan yang dilakuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-          Diaklimitas 3 ekor ikan dari wadah plastic, dimasukan ke dalam salah satu wadah yang telah diberi air.
-          Di masukan air ke dalam wadah secukupnya, lalu di ukur suhunya dengan thermometer dengan dimasukan bongkahan es sesuai dengan suhu perlakuan.
-          Pemantauan akan dilakukan tiga perlakuan dan satu control, yaitu:
a.       Suhu kamar (kontrol)
b.      Suhu dinaikan 3
c.       Suhu dinaikan 6
d.      Suhu dinaikan 9
-          Ketiga ikan yang diamati dimasukan ke dalam wadah toples yang sudah di beri perlakuan(perlakuan 3.a/kontrol) selanjutnya hitung aktifitas membuka dan menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan stopwatch sebagai petunjuk waktu lalu diulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh dicata pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
-          Setelah itu dilanjutkan dengan perlakuan berikutnya sampai ketiga tersebut teramati. Ikan yang telah diamati diletakan ke dalam wadah plastik lain.
-          Dilanjutkan dengan perlakuan 3.b dengan mengatur suhu air pada wadah dinaikan Suhu dinaikan 3 dengan suhu yang diinginkan menggunakan es batu. Perlakuan dan pengamatan sama sepereti pada prosedur nomor 5.
-          Perlakuan 3.c dan 3.b (suhu Suhu dinaikan 6 dan suhu 9), dilakukan dengan mengatur suhu air pada wadah yaitu suhu yang diinginkan dengan menggunakan air panas. Perlakuan dan pengamatan sama seperti prosedur no 4 dan no 5.
-          Data hasil pengamatan dimasukan ke dalam table yang telah disediakan.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dari praktikum kali ini adalah:
4.1.1     Sistem Osmoregulasi
Tabel 4.1.1 Sistem Osmoregulasi
ppm
Tingkah Laku
Kondisi Fisik
0 ppm
Normal
Baik
Aktif
Tenang
10 ppm
Ikan mas sering muncul kepermukaan
Menit ketigabelas operculum ikan mas sering terbuka
Ikan nila berenang normal
Pada menit kelima ikan nila sering naik keatas
Pada menit kesepuluh ikan mas mulai panik
Pada menit ketigabelas ikan nila mulai stress
Pada menit kelimabelas ikan mas melompat keluar
15 ppm
Pada menit kedua ikan mas mulai panik
Operculum ikan mas sering terbuka, menit ketujuh warna ikan mas mulai berubah pucat
Pada menit kedua ikan mas berenangnya mulai miring
<enit keempat ikan mas sering tidak Bergerak
Menit kelima ikan nila sering tidak bergerak
20 ppm
Ikan mas tidak seimbang dalam berenang
Warna ikan berubah berubah pucat, mata ikan nila berubah warna merah, operculum ikan nila berubah merah, sisik ikan mas terkelupas, menit kedelapan operculum ikan mas sering terbuka, insang ikan mas berlendir, insang ikan mas lepas
Pada menit kedelapan ikan mas mulai panik
Menit kesembilan ikan nila mulai melompat keluar
Dimenit kesebelas mulai tidak seimbang

4.1.2     Konsumsi Oksigen
Tabel 4.1.2 Konsumsi Oksigen
No
Bobot Ikan (g)
DO awal (mg/l)
DO akhir (mg/l)
Konsumsi (mg/l)
1
50.45
0.5
0.8
0.3
2
89.22
1
0.5
0.5
3
35.3
1
0.5
0.5
4
51.12
0.5
0.5
0
5
83.2
0.5
0.6
0.9


4.1.3     Sistem Homeostasis
Tabel 4.1.3 Sistem Homeostasis
Suhu
Ikan
Ulangan
Rata-Rata
Tingkah laku
Kondisi Fisik
I
II
III
29
1
60
94
84
79
Normal
Normal
2
98
105
104
102
3
96
124
118
113

Suhu
Ikan
Ulangan
Rata-Rata
Tingkah laku
Kondisi Fisik
I
II
III
32
1
86
90
85
87
Normal
Normal
2
100
97
94
97
3
82
67
84
78

Suhu
Ikan
Ulangan
Rata-Rata
Tingkah laku
Kondisi Fisik
I
II
III
35
1
80
88
90
86
Sering Naik kerpermukaan
Keluar gelembung dari operculum dan hemoragi
2
86
103
125
105
3
143
128
162
144


Suhu
Ikan
Ulangan
Rata-Rata
Tingkah laku
Kondisi Fisik
I
II
III
40
1
86
89
93
89
agresif, sering naik kepermukanaan
Hemoragi dan warna pucat
2
86
90
92
89
3
111
120
128
120

Suhu
Ikan
Jumalah bukaan operculum
Tingkah Laku
Kondisi Fisik

4.2  Pembahasan
4.2.3           Sistem Osmoregulasi Ikan
1.      Ikan mas
                    Berdasarkan   pada   tabel   di   atas   maka   dapat   diketahui   bahwa   pada pengamatan 0 ppt pada ikan ikan mas (Cyprinus carpio), tingkah laku ikan masih terlihat bergerak normal dimana pada menit ke-15 hingga menit ke-45 kondisinya cenderung sama yaitu aktif dan sedikit mengeluarkan feses.. hal ini dikarenakan ikan berada pada lingkungan yang sesuai dengan lingkungan asalnya dimana ikan   ini  bersifat   hiperosmotik   terhadap   lingkungannya.
                    Pengamatan   terhadap   lingkungan   yang   bersalinitas   10   ppt memperlihatkan   bahwa   pada   pengamatan   15   menit   I   ikan   langsung   tampak gelisah, tetapi pada 15 menit II ikan mulai bereksi dan  media  menjadi  keruh.  Terjadinya   perubahan  pergerakan  ini  menandakan bahwa   ikan   tidak   mampu   lagi   menyesuaikan   diri   pada   waktu   yang   lama,   ini dikarenakan   jumlah  ion  - ion  dalam  tubuh  semakin  berkurang. 
                    Pengamatan terhadap salinitas 15 ppt, tingkah laku ikan sama pada 15 menit   I   dan   15   menit   II   dimana   ikan   bergerak   aktif,   kadang   berenang   ke permukaan dan kadang di dasar. Keadaan ini meperlihatkan bahwa tingkah laku ikan masih dalam keadaan yang normal. Pada pengamatan 15 menit III terlihat ikan mulai gelisah dan mengeluarkan feses, media/air menjadi keruh serta ikan kebanyakan berada di permukaan. Ini menandakan bahwa ikan mulai melakukan penyesuaian antara ion-ion yang ada pada lingkungan dengan ion-ion yang ada dalam tubuh.
                    Pengamatan   terhadap   lingkungan   yang   bersalinitas   30   ppt memperlihatkan   bahwa   pada   pengamatan   15   menit   I   ikan   langsung   tampak gelisah, tetapi pada 15 menit II ikan mulai lemas banyak mengeluarkan feses, dan  media  menjadi  keruh.  Terjadinya   perubahan  pergerakan  ini  menandakan bahwa   ikan   tidak   mampu   lagi   menyesuaikan   diri   pada   waktu   yang   lama,   ini dikarenakan   jumlah  ion  - ion  dalam  tubuh  semakin  berkurang.

 

2.      Ikan nila
                    Pada pengamatan 0 ppt terhadap ikan Nila (Oreochromis nilotikus) tingkah laku ikan dari pengamatan 15 menit I hingga pengamatan 15 menit III, ikan masih bergerak normal. Hal ini dikarenakan ikan berada pada lingkungan  yang sesuai dengan   lingkungan asalnya dimana ikan ini dapat bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya.
                    Pengamatan   terhadap   lingkungan   yang   bersalinitas   10   ppt memperlihatkan   bahwa   pada   pengamatan   15   menit   I   ikan   langsung   tampak gelisah, tetapi pada 15 menit II ikan mulai bereksi dan  media  menjadi  keruh.  Terjadinya   perubahan  pergerakan  ini  menandakan bahwa   ikan   tidak   mampu   lagi   menyesuaikan   diri   pada   waktu   yang   lama,   ini dikarenakan   jumlah  ion  - ion  dalam  tubuh  semakin  berkurang. 
                    Pengamatan tingkah laku ikan pada salinitas 15 ppt yaitu pada 15 menit I  ikan mulai bergerak aktif. Pada 15 menit II tingkah laku ikan masih sama yaitu bergerak aktif dan  mengeluarkan feses. Dari tingkah  laku ikan yang bergerak aktif   dan   normal   dapat   diketahui   bahwa   ikan   dapat   beradaptasi   dengan lingkungan.                                    Pengamatan tingkah laku ikan pada salinitas 30 ppt yaitu pada 15 menit I ikan   mulai   bergerak   aktif   dan   mengeluarkan   feses.   Pada   15   menit   II   ikan bergerak aktif dan banyak bergerak ke permukaan. Pada 15 menit III ikan lebih banyak   berada   di   dasar.

4.2.2           Sistem Homeostasis Ikan
                    Berdasarkan hasil pengamatan yang kami dapatkan, diketahui bahwa setiap hewan air melakukan proses osmoregulasi untuk mencapai keseimbangan antara kadar ion/larutan dalam tubuh dengan lingkungan disekitarnya, guna untuk dapat mempertahankan kehidupan. Setiap hewan air mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mencapai keseimbangan (homeostasis). Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, banyak mengeluarkan feses, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen.
                    Operkulum ikan yang membuka dan menutup sangat bergantung terhadap suhu air sebagai media hidup ikan. Seperti sampel ikan yang kami masukkan kedalam air yang bersuhu 28°C, 31°C, 34°C dan 36°C  operkulumnya berkerja dengan sangat cepat. Hal tersebut sesuai seperti yang dikatakan oleh para ahli; Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami kenaikan kecepatan respirasi. Gerakan operkulum sebenarnya merupakan indikator laju respirasi Ikan. Berarti, suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan ikan. Telah diketahui bahwa suhu tinggi akan menyebabkan berkurangnya gas oksigen terlarut, akibatnya ikan akan mempercepat gerakan operkulum untuk mendapatkan gas oksigen dengan cepat sesuai kebutuhan respirasinya.
4.2.3           Konsumsi Oksigen Pada Ikan
                    Dilihat dari DO awal dan DO setelah perlakuan seperti  pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa DO setelah perlakuan semakin rendah dibandingkan dengan DO awal. Hal tersebut dikarenakan  karena O2   yang ada dalam wadah  dikonsumsi oleh ikan uji yang ada di dalamnya, dan kadar O2  tersebut tidak mengalami panambahan lagi karena ditutup oleh plastic wrap sehingga hasilnya adalah DO setelah perlakuan memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan DO awal.
                     Konsumsi oksigen di hitung dengan cara Do awal – Do akhir dibagi bobot ikan lalu dikali 2 ,seperti konsumsi oksigen yang dihasilkan kelompok 4 yaitu sebanyak 0,3 karena Do awal nya 0,5 kemudian setelah dimasukan kedalam air dalam wadah kemudian ditutup menggunakan cling wrap selama 60 menit kadar Do akhir menjadi 0,8 kemudian bobot ikan nilanya sebesar 50.45 gram.  Namun terdapat beberapa perbedaan hasil konsumsi oksigen yang diperoleh tiap perlakuan karena jumlah Do awal,Do akhir,bobot ikan yang berbeda. Bahkan ketika Do awalnya sama pun belum tentu Do akhir yang diperoleh setiap ikan berbeda karena bergantung pula pada bobot ikan   Selain itu, kebutuhan O2  pada ikan sangat dipengaruhi oleh :
1.      Umur
        Semakin tua suatu organisme, laju metabolismenya semakin rendah. Umur   ikan   mempengaruhi   ukuran   ikan,   ukuran   ikan   yang   berbeda membutuhkan   O2   yang   berbeda.   Semakin   besar ukuran   ikan,   jumlah konsumsi O2 per mg berat badan semakin rendah.
2.      Aktivitas
        Ikan yang aktif membutuhkan O2 lebih banyak dibanding ikan yang pasif.
3.      Kondisi Perairan
        Kondisi perairan sendiri sangat tergantung pada kelarutan O2 dimana kelarutan O2 dipengaruhi ole :
·         Suhu, semakin tinggi suhu maka semakin rendah kelarutannya dalam air.
·         Salinitas, semakin tinggi salinitas maka semakin rendah pula kelarutannya dalam air.
·         Tekanan, semakin tinggi tekanna maka semakin tinggi kelarutan dalam air







BAB V
PENUTUP
1.1    Kesimpulan
1.      Kebutuhan O2  pada ikan sangat dipengaruhi oleh umur, aktivitas dan kondisi perairan.
2.      Semakin tua suatu organisme, laju metabolismenya semakin rendah.
3.      Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang.
4.      Berdasarkan hasil pengamatan yang kami dapatkan, diketahui bahwa setiap hewan air melakukan proses osmoregulasi untuk mencapai keseimbangan.
5.      Operkulum ikan yang membuka dan menutup sangat bergantung terhadap suhu air sebagai media hidup ikan.
1.2    Saran
            Saran saya adalah agar praktikum selanjutnya bisa lebih baik lagi, terutama kelengkapan alat-alat praktek perlu diperhatikan lagi agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan baik lagi.




DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, A Iqbal. 2008. Ikhtiologi. Yayasan Citra Emulsi. Makassar
Dubois, M. et al. 1956. Colorimetric method for determination of sugars and          related substances. Analytical Chemistry.
Djawad, M. I, Ambas, I, Yusri, K. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan      Air. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Eckertt R., Randall D., Augustine G., 1988. Animal Physiology, Mechanism          and Adaptations. WH Freeman and Company New York. Third         Edition.
Firdaus. 2011. Budidaya perikanan. Tira Pustaka, Jakarta.
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jurusan   Perikanan. Universitas Hasanuddin.        Makassa.
Fujaya ,Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Tekhnik Perikanan. Penerbit Rineka Cipta; jakarta.
Sokolova, Inna M., Markus Frederich, Rita Bagwe. 2012. Energy homeostasis as   an integrative tool for assessing limits of environmental stress tolerance in      aquatic invertebrates. Marine Environmental Research. 79: 1-15
Zonneveld, 1991. Anatomi Ikan. PT intermasa, Jakarta


No comments:

Post a Comment