Tuesday, 5 April 2016

DINAMIKA DAN KESEIMBANGAN TUBUH IKAN, KAJIAN SUHU DINGIN TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGI IKAN DAN KONDISI LINGKUNGAN ASAM BASA



BAB I
PENDAHULUAN
      1.1.      Latar Belakang
            Air merupakan media hidup ikan yang secara fisik juga merupakan zat cair dengan kepadatan molekul yang lebih renda dibanding dengan zat cair lainnya. Oleh sebab itu benda yang berada dalam air akan mencapai gaya ke semua arah misalnya gaya gravitasi dan gaya apung.
            Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu  bervariasi secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya  berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di  berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu.
            Pada lingkungan perairan, pH airmempunyai arti yang cukup pentinguntuk mendeteksi potensial produktifitas kolam. PH air basa, dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik dalam menjaadi meneral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh tumbuh tumbuhan (garam amonia dan nitrat).
Diperairan samudra, salinitas biasanya berkisar antara 34-35‰. Diperairan pantai karena terjadinya pengenceran, misalnya karena pengaruh aliransungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi. Air payau adalah istilah umum yang digunakan untuk menyatakan air yang salinitasnya antara air tawar dan air laut. Ada berbagai cara dan istilah yang digunakan untuk memberikan nama air berdasarkan salinitasnya

      1.2.      Tujuan
Adapun tujuan dalam peraktikum ini ialah sebagai berikut :
1.      prektikum ini dilaksanakan untuk mengenal tingkah laku ikan dan keseimbangan tubuh ikan agar nantinya dapat bermamfaat bagi perkembangan usaha budidaya ikan di perairan tawar.
2.      prektikum ini dilaksanakan untuk mengetahui perubahan suhu dingin media air terhadap kondisi fisik dan tingkah laku ikan.
3.      prektikum ini dilaksanakan untuk memahami hubungan pH air yang mempengaruhi fungsi fisiologis ikan.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Pada daasarnya alat keseimbangan sirip dorsal fungsi sebagai pelurus gerak, sirip pectoral berfungsi untuk bergerak dan berenang, sirip ventral berfungsi untuk berenang maju dan membantu sewaktu-waktu ikan akan membelok, sirip anal untuk membelok dan sirip caudal berfungsi sebagai kemudi dan pendorong utama untuk melaju dalam air (Fujaya, 2004).
Sirip yang mudah digerakkan, digunakan untuk berenang yaitu untuk dapat menyeimbangkan tubuhnya di dalam air, mengemudi serta untuk merem.  Sewaktu sirip ekor mengemudi dan mendorong, sirip punggung menjaga agar luncurannya seimbang (Subani, 1979).
Ikan memiliki sejumlah sirip, sirip yang berpasangan adalah untuk gerak maju mundur misalnya sirip dada dan sirip perut. Sirip tunggal adalah untuk keseimbangan, misalnya sirip punggung dan sirip belakang.  Dimana sirip belakang terdapat lubang anus.  Di sisi tubuh ikan memanjang ke belakang terdapat gurat sisi dan di dalam gurat sisi tersebut terdapat ujung-ujung saraf neromas (Mahardono, 1979).
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Tunas. 2005).
Adaptasi diartikan merupakan kemampuan individu untuk mengatasi keadaan lingkungan dan menggunakan sumber-sumber alam lebih banyak untuk mempertahankan hidupnya dalam relung yang diduduki. Ini bahwa setiap organisme mempunyai sifat adaptasi untuk hidup pada berbagai macam keadaan lingkungan (Djamal, 1992).
Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel lingkungan yang dihadapi organisme tersebu. Artinya bahwa setiap organisme harus mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya. Adaptasi tersebut berupa respon morfologi, fisiologis dan tingkah laku (Campbell, 2004).
Lingkungan adalah tempat yang paling penting dalam berlangsungnya kehidupan organisme hewan air, dan di lingkungannya selalu mengalami perubahanan  yang terjadi akibat cuaca, musim dan akibat yang dilakukan manusia. Diantaranya suhu, pH salinitas,limbah, kekeruhan hal itu dapat terjadi dari waktu ke waktu. Jika perubaha  tersebut terjadi selang waktu sehari maka organisme tersebut harus di perhatikan Jika tidak maka akan mempengaruhi fisiologi, tinggkah laku biokimia maupun bentuk tubuhnya (Effendi,  2004).
salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air, dinyatakan juga bahwa komposisi ion-ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion-ion tertentu seperti sulfat, chlorida, carbonat, natrium, calsium dan magnesium. Dan ada juga ikan yang mampu toleran terhadap salinitas rendah dan menengah (air payau) (Lesmana, 2004).
Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan.Oleh karena itu, ikan ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih,pakan yang disukainya adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp, Moina sp, atau Daphnia sp. Benih ikan nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di bebatuan yang ada di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya.Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan ini bisa diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet (Tariga, 2012).



BAB III
METODELOGI KERJA
      3.1.      Waktu dan Tempat
            Adapun praktikum ini dilaksanankan di Laboratorium Terpaduh, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala, pada tanggal 07 November 2015  pada pukul 09:00 WIB sampai dengan selesai.

      3.2.      Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
No
Alat dan Bahan
Jumlah
1
Ikan nila umur 3-5 bulan
6 ekor
2
Ikan gabus umur 3-5 bulan
2 ekor
3
Deterjen
Secukupnya
4
Asam cuka
Secukupnya
5
PH meter
1 buah
6
Akuarium
3 buah
7
Gunting
1 buah
8
Termometer
1 buah
9
Air
Secukupnya
10
Heater
1 buah
11
Es batu
Secukupnya
12
Palu/Martil
1 buah
13
Sterofoam
1 buah

      3.3.      Cara Kerja
            Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum fisiologi organisme akuatik adalah sebagai berikut:
3.3.1.      Kondisi lingkungan asam basa
    Dalam percoban ini langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
1.      Ikan sampel diaklitimasi terlebih dahulu pada wadah akuarium yang telah di isi air bersih.
2.      Selanjutnya siapkan enam akuarium untuk dibagi masing-masing yaitu tiga akuarium untuk pH air asam dan tiga akuarium untuk perlakuan pH air basa.
3.      Dengan menggunakan pH meter ukur pH air masing-masing akuarium. Beri asam cuka sedikit demi sedikit sampai kadar pH sesuai dengan perlakuan yang diinginkan. Untuk mengukur pH basa berikan perlakuan penambahan deterjen sedikit demi sedikit sampai kadar pH basa telah sesuai dengan yang direncanakan.
4.      Perlakuan lingkungan akuarium yang bersifat pH asam diatur dengan pemberin asam cuka sampai Ph air terbagi menjadi tiga akuarium : Akuarium 1. pH air 6, Akuarium 2. pH air 4 Akuarium 3. pH air 3.
5.      Perlakuan lingkungan akuarium yang bersifat pH basa diatur dengan pemberin deterjen sampai pH air terbagi menjadi tiga akuarium : Akuarium 1. pH air 8, Akuarium 2. pH air 9 Akuarium 3. pH air 10.
6.      Kemudian secara perlahan gunakan jaring untuk mengambil sala satu jenis sampel ikan sampel untuk di uji pada berbagai akuarium perlakuan yang telah disediakan.
7.      Pengamatan dilakuakn secara pertahap dengan parameter waktu selama 10 menit, 20 menit dan 30 menit, setelah itu catat hasilnya.
8.      lakukan dengan mengikuti langkah-langkah diats pada sampel jenis ikan yang berbeda.

3.3.2.      Kajian Suhu Terhadap  Fisiologi Ikan
    Dalam percoban ini langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
1.      Aklitimasi 3 ekor ikan dari wadah plastik, masukan dalam satu wadah (akuarium) yang telah diberi media air.
2.      Masukan air kedalam wadah (akuarium) secukupnya, lalu ukur suhunya dengan thermometer dengan memasukan bongkahan es sesuai dengan perlakuan
3.      Pemantauan akan dilakuan tiga perlakuan dan satu kontrol, yaitu:
a.       suhu ruangan (kontrol)
b.      suhu diturunkan 3 oC
c.       suhu diturunkan 6 oC
d.      suhu diturunkan 9 oC
4.      Ketiga ikan yang diamati dimasukan kedalam akuarium yang sudah diberi perlakuan (perlakuan 3.a/kontrol) selanjutny hitung aktifitas buka dan menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan stop watch sebagai petunjuk waktu lalu diulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan.
5.      setelah itu dilajutkan dengan perlakuan berikutnya sampai ikan tersebut teramati.
6.      dilanjutkan dengan perlakuan 3.b dengan mengatur suhu air pada wadah (akuarium) diturunkan 3 oC dengan suhu yang diinginkan menggunakan es batu. perlakuan dan pengamatan sama seperti pada prosedur nomor 5.
7.      Perlakuan 3.c dan 3.d (suhu 6 oC dan 9 oC), dilakukan dengan mengatur suhu air pada wadah (akuarium) yaitu suhu yang diinginkan dengan menggunakan es batu. perlakuan dan pengamatan sama seperti pada prosedur nomer 4 dan 5.

3.3.3.      Dinamika Dan Keseimbangan Tubuh Ikan
    Dalam percoban ini langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
1.      Pertama-tama menyiapkan wadah (akuarium) dan mengisinya dengan air (disesuaikan dengan besar akuarium) dan menyiapkan ikan sebagai bahan praktek.
2.      percobaan pertama meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dan mengamati gerakannya  dan mencatatnya.
3.      percobaan ke dua meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dengan memotong sirip dorsalnya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat hasilnya.
4.      percobaan ke tiga meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dengan memotong sirip pectoralnya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat hasilnya.
5.      percobaan ke empat meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dengan memotong sirip ventralnya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat hasilnya.
6.      percobaan ke lima meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dengan memotong sirip anal pada ikan, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat hasilnya.
7.      percobaan ke enam meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dengan memotong sirip caudalnya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat hasilnya.
8.      percobaan ke tujuh meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dengan memotong seluruh siripnya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat hasilnya.
9.      percobaan ke delapan meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dengan mencabuti seluruh sisiknya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat hasilnya.
10.  percobaan kesembilan meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dengan merusak sisik linea lateralisnya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat hasilnya.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
      4.1.      Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dari prkatikum kali ini adalah :
                4.1.1     pengaruh kondisi asam dan basa
Tabel 4.1.1 pengaruh kondisi asam dan basa air terhadap gerakan operkulum ikan.
Janis ikan
Waktu
Gerakan Operkulum Ph Asam
Gerakan Operkulum Ph Basa
pH 6
pH 5
pH 4
pH 8
pH 9
pH 10
Ikan Nila
5
123
104
103
43
28
35
10
103
100
121
55
25
36
15
85
107
116
52
21
30
Ikan Gabus
5
2
3
3
2
0
0
10
2
1
3
1
1
0
15
3
4
3
0
0
0

4.1.1    Kajian Suhu Terhadap Fisiologi Ikan
Tabel 4.1.2 Kajian Suhu Terhadap Fisiologi Ikan
Suhu
Ikan
Ulangan
Rata-rata
Tingkah laku
Kondisi fisik
I
II
II

29
1
121
123
126
123

Normal

Stabil
2
117
121
130
123
3
140
160
158
153

Tabel 4.1.3  Kajian Suhu Terhadap Fisiologi Ikan
Suhu 
Ikan
Ulangan
Rata-rata
Tingkah laku
Kondisi fisik
I
II
II

26
1
140
117
108
122

Normal

Stabil
2
131
134
147
127
3
141
132
122
132

Tabel 4.1.4 Kajian Suhu Terhadap Fisiologi Ikan
Suhu 
Ikan
Ulangan
Rata-rata
Tingkah laku
Kondis fisik
I
II
II

 23

1
136
121
107
121

Normal

Stabil

2
131
194
115
147
3
120
134
120
125

Tabel 4.1.5 Kajian Suhu Terhadap Fisiologi Ikan
Suhu
Ikan
Ulangan
Rata-rata
Tingkah laku
Kondis fisik
I
II
II

20

1
110
103
96
103

Normal

Stabil
2
107
106
102
105
3
98
103
101
101




4.1.3    Keseimbngan Fisiologi Ikan
Tabel 4.1.6 Keseimbngan Fisiologi Ikan
Pemotongan Sirip
Ciri-ciri/Tingkah laku ikan
Normal
Bergerak aktif, berenang normal,  respon terhadap ransanang
Dorsal
Bergerak mundur, kurangnya keseimbangan
Pectoral
Ekor membengkok, kurangnya keseimbangan, agresif
Ventral
Kurangnya keseimbangan, pergerakan lambat
Anal
Berenang miring, pergerakan lambat
Caudal
Berenang tidak stabil, stresss
Semuah Sirip
Berenang tidak stabil, bergerak lambat, berenang miring
Sisik
Pergerakan lambat,  panik, mulai membalikan badan
Linea lateralis dirusak
Berenang tidak stabil, berenang miring, bergerak lambat

      4.2.      Pembahan
4.1.1        Dinamika Dan Keseimbangan Tubuh Ikan
Pada pengamatan keseimbangan tubuh ikan kami menemukan bahwa pada ikan normal yang tidak di rusak alat keseimbangannya maka akan memiliki keseimbangan tubuh yang baik, sedangkan pada ikan yang telah di rusak  alat keseimbangannya akan mengalami gangguan dalam pergerakannya.  Hal ini jelas terlihat pada saat di lakukan pemotongan dan pengrusakan pada organ keseimbangannya.
Ikan yang telah di potong sirip dorsalnya nampak mengalami gangguan keseimbangan terutama pada saat ikan akan berbelok. Perubahan gaya berenang ikan sangat nampak, tubuhnya mulai miring kekanan dan kekiri karena keseimbanggannya tidak stabil. hal ini di perkuat dengan adanya pernyataan yang mengatakan bahwa fungsi pengaturan arah sirip dorsal begitu besar, bahkan lebih dominan dibandingkan dengan sirip anal. Fungsi utama sirip ini yaitu untuk mengatur pergerakan ikan ke arah kiri dan kanan ketika bergerak maju.
Saat sirip pectoral pada ikan di potong, ikan masih dapat berenang akan tetapi ikan cenderung berenang lurus, hal ini di sebabkan karena sirip pectoral merupakan salah satu sirip yang di gunakan ikan untuk berenag maju, kesamping dan diam. Hal ini di perkuat dengan adanya pernyataan yang mengatakan  bahwa sirip ikan di pergunakan ikan ketika ikan bergerak kesamping, maju kearah depan secara pelan atau lambat.
Pada saat sisik ikan di rusak, ikan tersebut menjadi sangat liar akan tetapi ikan sering menabrak dinding akuarium. Hal ini di sebabkan karena ketika sisik ikan di rusak, linea literalisnya juga ikut rusak. Ikan yang dirusak sisiknya ini tidak dapat bertahan lama jika di budidayakan, karena ikan yang di rusak sisiknya akan mudah terserang penyakit
Pergerakan ikan berubah menjadi sangat agresif ketika linea literalis pada ikan di rusak, ikan menjadi sering muncul di permukaan akuarium dan terkadang menabraki dinding akuarium, hal ini menunjukkan bahwa linea literalis sangat berpengaruh pada keseimbangan tubuh ikan, karena linea literalis merupakan organ sensori ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang. Selain itu, linea lateralis juga berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya.
4.1.2        Kajian Suhu Terhadap Fisiologi Ikan
Hasil Pengamatan Dalam keadaan suhu normal tingkahlaku ikan berjalan dengan normal. Namun,ketika terjadi perubahan suhu, reaksi yangdiberikan oleh ikan menunjukkan penyesuaian metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan kehidupannya. Respon yang diperlihatkan oleh ikan berupa perubahan tingkah laku maupun perubahan pergerakan ikan .
Laju operculum pada perlakuan penurunan suhu ini lebih lambat dari pada laju gerakan operculum pada suhu ruangan, hal ini disebabkan karena pada suhu yang rendah, kandungan oksigen yang terlarut sangat tinggi sehingga ikan nila tidak perlu mempercepat laju gerakan operculumnya untuk mencukupi kebutuhan oksigenya karena jumlah oksigen cukup berlimpah di lingkungan. Gerakan operculum adalah indikator respirasi dari ikan sedangkan suhu adalah  faktor pembatas kehidupan ikan. Jika suhu menurun maka semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup operculumnya. Pada peristiwa temperatur dibawah suhu kamar maka tingkat frekuensi membuka dan menutupnya operculum akan semakin lambat dari pada suhu kamar. Dengan adanya penurunan temperatur, maka terjadi penurunan metabolisme pada ikan yang mengakibatkan kebutuhan O menurun, sehingga gerakannya melambat.
Laju operculum pada kondisi asli pada ikan nila di habitatnya yang asli dengan kandungan oksigen yang sesuai dengan kebutuhan ikan nila, sehingga ikan tidak perlu mempercepat atau memperlambat gerakan operculum untuk mencukupi kebutuhan oksigen didalam tubuhnya.  penurunan suhu dari suhu kamar hingga suhu dibawah kamar (29 C – 20 C) semakin melambat ikan itu membuka serta menutup operculumnya.
Gerakan operkulum sebenarnya merupakan indikator laju respirasi Ikan. Sedangkan suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan ikan. Telah diketahui bahwa suhu tinggi akan menyebabkan berkurangnya gas oksigen terlarut, akibatnya ikan akan mempercepat gerakan operkulum untuk mendapatkan gas oksigen dengan cepat sesuai kebutuhan respirasinya
 
4.1.3        Kondisi Lingkungan Asam Basa
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan yaitu terhadap ikan nila (Oreochomis niloticus) dan ikan gabus (Canna striata) dengan mengamati tingkah laku ikan tersebut,. Pada pH 6 keadaan ini air dalam keadaan asam ikan nila dan ikan gabus setelah dimasukkan bergerak aktif dan lincah, pada pH 5 ikan bergerak aktif, namun tidak terlalu aktif  begitupun juga ikan gabus, dan pada pH 4 ikan bergerak seperti biasa normal, namun mulai diam.
pH 7 keadaan ini air dalam keadaan netral  ikan nila dan ikan gabus  bergerak aktif dan linca, pada pH 8 ikan nila dan ikan gabus  sedikit mulai lemas, dan pada pH 10 ikan nila bergerak kebawah ke dasar aqkuarium dan ikan gabus bergerak ke dasars aqkuarium lama-lama kedua ikan ini mulai pucat dan mulai melemah . Ikan nila langsung berenang ke dasar permukaan air aqkuarium  dan ikan gabus  terlihat menggambil oksigen ke atas permukaan air secara bergantian dan terlihat juga ikan nila sering berada di dasar air aquarium sedangkan ikan gabus bergerak ke atas permukaan air aqkuarium  sesekali saja dan pada ikan nila pun badannya pucat terlihat selalu diam di dasar permukaan air dan ikan gabus pun terlihat badannya pucat sedikit memerah mulut.




BAB V
PENUTUP
      5.1.      Kesimpulan
1.      Tiap-tiap sirip dari ikan memiliki fungsi masing –masing dalam menjaga keseimbangan tubuh ikan dan menjaga teraturnya pergerakan ikan dalam air tersebut.
2.      Dalam tubuh ikan memiliki keseimbangan, ikan mujair mempunyai gelembung renang dan sirip.
3.      Ikan akan menjadi sangat agresif namun berenang tanpa arah ketika linea literalisnya di rusak, karena ikan tidak mampu untuk mendeteksi perubahan gelombang dan mengidentifikasi lingkungan sekitamya.
4.      Perubahan suhu air tidak berpengaruh nyata pada perubahan gerakan operkulum ikan setelah dilakukan analisis data secara Anova one way. 
5.      Suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan Ikan, suhu yang tinggi menurunkan kelarutan gas oksigen dalam air sedangkan suhu yang rendah menaikkan kelarutan gas oksigen dalam air. 
6.      Gerakan operkulum merupakan indikator laju respirasi dan kadar oksigen terlarut dalam air. Suhu mempengaruhi laju respirasi ikan dan kadar oksigen dalam air. 
7.      Ikan akan bergerak seperti biasa jika pH air sesuai dengan daya tahan tubuh ikan terhadap lingkungan.
8.      Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau netral.
9.      Insang merupakan organ penting yang mampu dilewati air mapun mineral, pemeabilitas insang yang tinggi terhadap ion-ion dapat menyebabkan ikan selalau bergerak diam di bawah permukaan ataupun di atas permukaan air mungkin juga bisa menyebabkan suatu ikan tersebut pingsan ataupun mati.
      5.2.      Saran
Saran saya adalah agar praktikum selanjutnya bisa lebih baik lagi, terutama kelengkapan alat-alat praktek perlu diperhatikan lagi agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan baik lagi.




DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2004. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta. Penerbit Erlangga
Djamal, Zoer’aini.1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta.    
                   Penerbit   P.T Bumi Aksara
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya: Jakarta.
Fujaya, 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta. penerbit P.T Rineka Cipta
Lesmana, D. S. 2004. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. PT. Penebar 
          Swadaya. Jakarta.
Mahardono, 1979.  Anatomi Ikan.  PT Intermasa, Jakarta.
Subani, 1984. Kehidupan  Di Dalam Air. Tira Pustaka, Jakarta.
Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogjakarta. Penerbit        
                  Universitas Gadjah Mada

 
 

1 comment:

  1. Slot games at Jammy Casino - Joliet (CT) - JT Hub
    Play online slots 보령 출장안마 at Jammy Casino 안동 출장마사지 in Joliet, IL. You can win with this casino bonus from 경주 출장마사지 the new 제천 출장마사지 bonus 동해 출장마사지 code: JTBLOT. Enjoy all of your favorite

    ReplyDelete