BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Air merupakan media hidup ikan yang
secara fisik juga merupakan zat cair dengan kepadatan molekul yang lebih renda
dibanding dengan zat cair lainnya. Oleh sebab itu benda yang berada dalam air
akan mencapai gaya ke semua arah misalnya gaya gravitasi dan gaya apung.
Suhu adalah ukuran energi gerakan
molekul. Di samudera, suhu bervariasi
secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan
kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara
kolektif disebut metabolisme, hanya
berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara
0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu
mentolerir suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu juga sangat penting bagi
kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun
perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika
banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai
toleransi tertentu terhadap suhu.
Pada lingkungan perairan, pH
airmempunyai arti yang cukup pentinguntuk mendeteksi potensial produktifitas
kolam. PH air basa, dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik dalam
menjaadi meneral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh tumbuh tumbuhan (garam
amonia dan nitrat).
Diperairan samudra, salinitas biasanya berkisar antara
34-35‰. Diperairan pantai karena terjadinya pengenceran, misalnya karena
pengaruh aliransungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan
penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi. Air payau adalah
istilah umum yang digunakan untuk menyatakan air yang salinitasnya antara air tawar
dan air laut. Ada berbagai cara dan istilah yang digunakan untuk memberikan
nama air berdasarkan salinitasnya
1.2.
Tujuan
Adapun
tujuan dalam peraktikum ini ialah sebagai berikut :
1. prektikum
ini dilaksanakan untuk mengenal tingkah laku ikan dan keseimbangan tubuh ikan
agar nantinya dapat bermamfaat bagi perkembangan usaha budidaya ikan di
perairan tawar.
2. prektikum
ini dilaksanakan untuk mengetahui perubahan suhu dingin media air terhadap
kondisi fisik dan tingkah laku ikan.
3. prektikum
ini dilaksanakan untuk memahami hubungan pH air yang mempengaruhi fungsi
fisiologis ikan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pada daasarnya alat keseimbangan
sirip dorsal fungsi sebagai pelurus gerak, sirip pectoral berfungsi untuk
bergerak dan berenang, sirip ventral berfungsi untuk berenang maju dan membantu
sewaktu-waktu ikan akan membelok, sirip anal untuk membelok dan sirip caudal
berfungsi sebagai kemudi dan pendorong utama untuk melaju dalam air (Fujaya,
2004).
Sirip yang mudah digerakkan, digunakan untuk berenang
yaitu untuk dapat menyeimbangkan tubuhnya di dalam air, mengemudi serta untuk
merem. Sewaktu sirip ekor mengemudi dan
mendorong, sirip punggung menjaga agar luncurannya seimbang (Subani, 1979).
Ikan memiliki sejumlah sirip, sirip yang berpasangan
adalah untuk gerak maju mundur misalnya sirip dada dan sirip perut. Sirip
tunggal adalah untuk keseimbangan, misalnya sirip punggung dan sirip
belakang. Dimana sirip belakang terdapat
lubang anus. Di sisi tubuh ikan
memanjang ke belakang terdapat gurat sisi dan di dalam gurat sisi tersebut
terdapat ujung-ujung saraf neromas (Mahardono, 1979).
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi
dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya
stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan
suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan
bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah
memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan
stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung
sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Tunas.
2005).
Adaptasi diartikan merupakan kemampuan individu untuk
mengatasi keadaan lingkungan dan menggunakan sumber-sumber alam lebih banyak
untuk mempertahankan hidupnya dalam relung yang diduduki. Ini bahwa setiap
organisme mempunyai sifat adaptasi untuk hidup pada berbagai macam keadaan
lingkungan (Djamal, 1992).
Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan
bereproduksi mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan
variabel lingkungan yang dihadapi organisme tersebu. Artinya bahwa setiap
organisme harus mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya.
Adaptasi tersebut berupa respon morfologi, fisiologis dan tingkah laku
(Campbell, 2004).
Lingkungan adalah tempat yang paling penting dalam
berlangsungnya kehidupan organisme hewan air, dan di lingkungannya selalu
mengalami perubahanan yang terjadi
akibat cuaca, musim dan akibat yang dilakukan manusia. Diantaranya suhu, pH
salinitas,limbah, kekeruhan hal itu dapat terjadi dari waktu ke waktu. Jika
perubaha tersebut terjadi selang waktu
sehari maka organisme tersebut harus di perhatikan Jika tidak maka akan
mempengaruhi fisiologi, tinggkah laku biokimia maupun bentuk tubuhnya
(Effendi, 2004).
salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut
dalam air, dinyatakan juga bahwa komposisi ion-ion pada air laut dapat
dikatakan mantap dan didominasi oleh ion-ion tertentu seperti sulfat, chlorida,
carbonat, natrium, calsium dan magnesium. Dan ada juga ikan yang mampu toleran
terhadap salinitas rendah dan menengah (air payau) (Lesmana, 2004).
Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora)
sehingga bisa mengonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan.Oleh karena itu,
ikan ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih,pakan yang disukainya
adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp, Moina sp, atau
Daphnia sp. Benih ikan nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di
bebatuan yang ada di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, ikan nila juga
memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya.Jika telah mencapai ukuran
dewasa, ikan ini bisa diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet (Tariga,
2012).
BAB
III
METODELOGI
KERJA
3.1.
Waktu dan Tempat
Adapun praktikum ini dilaksanankan di
Laboratorium Terpaduh, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah
Kuala, pada tanggal 07 November 2015 pada pukul 09:00 WIB sampai dengan selesai.
3.2.
Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat
dan Bahan
|
No
|
Alat
dan Bahan
|
Jumlah
|
|
1
|
Ikan nila umur 3-5 bulan
|
6
ekor
|
|
2
|
Ikan gabus umur 3-5 bulan
|
2
ekor
|
|
3
|
Deterjen
|
Secukupnya
|
|
4
|
Asam cuka
|
Secukupnya
|
|
5
|
PH meter
|
1
buah
|
|
6
|
Akuarium
|
3
buah
|
|
7
|
Gunting
|
1
buah
|
|
8
|
Termometer
|
1
buah
|
|
9
|
Air
|
Secukupnya
|
|
10
|
Heater
|
1
buah
|
|
11
|
Es batu
|
Secukupnya
|
|
12
|
Palu/Martil
|
1
buah
|
|
13
|
Sterofoam
|
1
buah
|
3.3.
Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan
dalam praktikum fisiologi organisme akuatik adalah sebagai berikut:
3.3.1.
Kondisi lingkungan asam basa
Dalam percoban ini langkah-langkah yang
dilakukan antara lain :
1.
Ikan sampel diaklitimasi terlebih dahulu pada wadah akuarium yang telah
di isi air bersih.
2.
Selanjutnya siapkan enam akuarium untuk dibagi masing-masing yaitu tiga
akuarium untuk pH air asam dan tiga akuarium untuk perlakuan pH air basa.
3.
Dengan menggunakan pH meter ukur pH air masing-masing akuarium. Beri asam
cuka sedikit demi sedikit sampai kadar pH sesuai dengan perlakuan yang
diinginkan. Untuk mengukur pH basa berikan perlakuan penambahan deterjen
sedikit demi sedikit sampai kadar pH basa telah sesuai dengan yang
direncanakan.
4.
Perlakuan lingkungan akuarium yang bersifat pH asam diatur dengan
pemberin asam cuka sampai Ph air terbagi menjadi tiga akuarium : Akuarium 1. pH
air 6, Akuarium 2. pH air 4 Akuarium 3. pH air 3.
5.
Perlakuan lingkungan akuarium yang bersifat pH basa diatur dengan
pemberin deterjen sampai pH air terbagi menjadi tiga akuarium : Akuarium 1. pH
air 8, Akuarium 2. pH air 9 Akuarium 3. pH air 10.
6.
Kemudian secara perlahan gunakan jaring untuk mengambil sala satu jenis
sampel ikan sampel untuk di uji pada berbagai akuarium perlakuan yang telah
disediakan.
7.
Pengamatan dilakuakn secara pertahap dengan parameter waktu selama 10
menit, 20 menit dan 30 menit, setelah itu catat hasilnya.
8.
lakukan dengan mengikuti langkah-langkah diats pada sampel jenis ikan
yang berbeda.
3.3.2.
Kajian Suhu Terhadap Fisiologi
Ikan
Dalam percoban ini langkah-langkah yang
dilakukan antara lain :
1.
Aklitimasi 3 ekor ikan dari wadah plastik, masukan dalam satu wadah
(akuarium) yang telah diberi media air.
2.
Masukan air kedalam wadah (akuarium) secukupnya, lalu ukur suhunya dengan
thermometer dengan memasukan bongkahan es sesuai dengan perlakuan
3.
Pemantauan akan dilakuan tiga perlakuan dan satu kontrol, yaitu:
a.
suhu ruangan (kontrol)
b.
suhu diturunkan 3 oC
c.
suhu diturunkan 6 oC
d.
suhu diturunkan 9 oC
4.
Ketiga ikan yang diamati dimasukan kedalam akuarium yang sudah diberi
perlakuan (perlakuan 3.a/kontrol) selanjutny hitung aktifitas buka dan menutup
operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan
stop watch sebagai petunjuk waktu lalu diulang sebanyak tiga kali untuk
masing-masing ikan.
5.
setelah itu dilajutkan dengan perlakuan berikutnya sampai ikan tersebut
teramati.
6.
dilanjutkan dengan perlakuan 3.b dengan mengatur suhu air pada wadah
(akuarium) diturunkan 3 oC dengan suhu yang diinginkan menggunakan
es batu. perlakuan dan pengamatan sama seperti pada prosedur nomor 5.
7.
Perlakuan 3.c dan 3.d (suhu 6 oC dan 9 oC),
dilakukan dengan mengatur suhu air pada wadah (akuarium) yaitu suhu yang
diinginkan dengan menggunakan es batu. perlakuan dan pengamatan sama seperti
pada prosedur nomer 4 dan 5.
3.3.3.
Dinamika Dan Keseimbangan Tubuh Ikan
Dalam percoban ini langkah-langkah yang
dilakukan antara lain :
1.
Pertama-tama menyiapkan wadah (akuarium) dan mengisinya dengan air
(disesuaikan dengan besar akuarium) dan menyiapkan ikan sebagai bahan praktek.
2.
percobaan pertama meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dan
mengamati gerakannya dan mencatatnya.
3.
percobaan ke dua meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dengan
memotong sirip dorsalnya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat hasilnya.
4.
percobaan ke tiga meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dengan
memotong sirip pectoralnya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat
hasilnya.
5.
percobaan ke empat meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium)
dengan memotong sirip ventralnya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat
hasilnya.
6.
percobaan ke lima meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dengan
memotong sirip anal pada ikan, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat
hasilnya.
7.
percobaan ke enam meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium) dengan
memotong sirip caudalnya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat hasilnya.
8.
percobaan ke tujuh meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium)
dengan memotong seluruh siripnya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat
hasilnya.
9.
percobaan ke delapan meletakkan ikan normal ke dalam wadah (akuarium)
dengan mencabuti seluruh sisiknya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat
hasilnya.
10. percobaan kesembilan meletakkan ikan normal ke dalam
wadah (akuarium) dengan
merusak sisik linea lateralisnya, kemudian mengamati gerakannya dan mencatat
hasilnya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Pengamatan
Hasil
pengamatan dari prkatikum kali ini adalah :
4.1.1 pengaruh
kondisi asam dan basa
Tabel 4.1.1 pengaruh kondisi asam dan
basa air terhadap gerakan operkulum ikan.
|
Janis
ikan
|
Waktu
|
Gerakan
Operkulum Ph Asam
|
Gerakan
Operkulum Ph Basa
|
||||
|
pH
6
|
pH
5
|
pH
4
|
pH
8
|
pH
9
|
pH
10
|
||
|
Ikan
Nila
|
5
|
123
|
104
|
103
|
43
|
28
|
35
|
|
10
|
103
|
100
|
121
|
55
|
25
|
36
|
|
|
15
|
85
|
107
|
116
|
52
|
21
|
30
|
|
|
Ikan
Gabus
|
5
|
2
|
3
|
3
|
2
|
0
|
0
|
|
10
|
2
|
1
|
3
|
1
|
1
|
0
|
|
|
15
|
3
|
4
|
3
|
0
|
0
|
0
|
|
4.1.1 Kajian
Suhu Terhadap Fisiologi Ikan
Tabel 4.1.2 Kajian Suhu Terhadap
Fisiologi Ikan
|
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
Tingkah
laku
|
Kondisi
fisik
|
||
|
I
|
II
|
II
|
|||||
|
29
|
1
|
121
|
123
|
126
|
123
|
Normal
|
Stabil
|
|
2
|
117
|
121
|
130
|
123
|
|||
|
3
|
140
|
160
|
158
|
153
|
|||
Tabel 4.1.3 Kajian Suhu Terhadap Fisiologi Ikan
|
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
Tingkah
laku
|
Kondisi
fisik
|
||
|
I
|
II
|
II
|
|||||
|
26
|
1
|
140
|
117
|
108
|
122
|
Normal
|
Stabil
|
|
2
|
131
|
134
|
147
|
127
|
|||
|
3
|
141
|
132
|
122
|
132
|
|||
Tabel 4.1.4 Kajian Suhu Terhadap
Fisiologi Ikan
|
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
Tingkah
laku
|
Kondis
fisik
|
||
|
I
|
II
|
II
|
|||||
|
23
|
1
|
136
|
121
|
107
|
121
|
Normal
|
Stabil
|
|
2
|
131
|
194
|
115
|
147
|
|||
|
3
|
120
|
134
|
120
|
125
|
|||
Tabel 4.1.5 Kajian Suhu Terhadap
Fisiologi Ikan
|
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
Tingkah
laku
|
Kondis
fisik
|
||
|
I
|
II
|
II
|
|||||
|
20
|
1
|
110
|
103
|
96
|
103
|
Normal
|
Stabil
|
|
2
|
107
|
106
|
102
|
105
|
|||
|
3
|
98
|
103
|
101
|
101
|
|||
4.1.3 Keseimbngan Fisiologi
Ikan
Tabel 4.1.6 Keseimbngan Fisiologi Ikan
|
Pemotongan
Sirip
|
Ciri-ciri/Tingkah
laku ikan
|
|
Normal
|
Bergerak aktif, berenang normal, respon terhadap ransanang
|
|
Dorsal
|
Bergerak mundur, kurangnya
keseimbangan
|
|
Pectoral
|
Ekor membengkok, kurangnya
keseimbangan, agresif
|
|
Ventral
|
Kurangnya keseimbangan, pergerakan
lambat
|
|
Anal
|
Berenang miring, pergerakan lambat
|
|
Caudal
|
Berenang tidak stabil, stresss
|
|
Semuah Sirip
|
Berenang tidak stabil, bergerak
lambat, berenang miring
|
|
Sisik
|
Pergerakan lambat, panik, mulai membalikan badan
|
|
Linea lateralis dirusak
|
Berenang tidak stabil, berenang
miring, bergerak lambat
|
4.2.
Pembahan
4.1.1
Dinamika Dan
Keseimbangan Tubuh Ikan
Pada pengamatan keseimbangan tubuh ikan kami menemukan bahwa pada ikan
normal yang tidak di rusak alat keseimbangannya maka akan memiliki keseimbangan
tubuh yang baik, sedangkan pada ikan yang telah di rusak alat
keseimbangannya akan mengalami gangguan dalam pergerakannya. Hal ini
jelas terlihat pada saat di lakukan pemotongan dan pengrusakan pada organ keseimbangannya.
Ikan yang telah di potong sirip dorsalnya nampak mengalami gangguan
keseimbangan terutama pada saat ikan akan berbelok. Perubahan gaya berenang
ikan sangat nampak, tubuhnya mulai miring kekanan dan kekiri karena
keseimbanggannya tidak stabil. hal ini di perkuat dengan adanya pernyataan yang
mengatakan bahwa fungsi pengaturan arah sirip dorsal begitu besar, bahkan lebih
dominan dibandingkan dengan sirip anal. Fungsi utama sirip ini yaitu untuk
mengatur pergerakan ikan ke arah kiri dan kanan ketika bergerak maju.
Saat sirip pectoral pada ikan di potong, ikan masih dapat berenang akan
tetapi ikan cenderung berenang lurus, hal ini di sebabkan karena sirip pectoral
merupakan salah satu sirip yang di gunakan ikan untuk berenag maju, kesamping
dan diam. Hal ini di perkuat dengan adanya pernyataan yang mengatakan
bahwa sirip ikan di pergunakan ikan ketika ikan bergerak kesamping, maju kearah
depan secara pelan atau lambat.
Pada saat sisik ikan di rusak, ikan tersebut
menjadi sangat liar akan tetapi ikan sering menabrak dinding akuarium. Hal ini
di sebabkan karena ketika sisik ikan di rusak, linea literalisnya juga ikut
rusak. Ikan yang dirusak sisiknya ini tidak dapat bertahan lama jika di
budidayakan, karena ikan yang di rusak sisiknya akan mudah terserang penyakit
Pergerakan ikan berubah menjadi sangat agresif
ketika linea literalis pada ikan di rusak, ikan menjadi sering muncul di
permukaan akuarium dan terkadang menabraki dinding akuarium, hal ini
menunjukkan bahwa linea literalis sangat berpengaruh pada keseimbangan tubuh
ikan, karena linea literalis merupakan organ sensori ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang. Selain itu, linea lateralis juga berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya.
4.1.2
Kajian Suhu Terhadap
Fisiologi Ikan
Hasil Pengamatan Dalam keadaan suhu normal tingkahlaku ikan berjalan
dengan normal. Namun,ketika terjadi perubahan suhu, reaksi yangdiberikan oleh
ikan menunjukkan penyesuaian metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk
mempertahankan kehidupannya. Respon yang diperlihatkan oleh ikan berupa
perubahan tingkah laku maupun perubahan pergerakan ikan .
Laju operculum pada perlakuan penurunan suhu ini lebih lambat dari pada
laju gerakan operculum pada suhu ruangan, hal ini disebabkan karena pada suhu
yang rendah, kandungan oksigen yang terlarut sangat tinggi sehingga ikan nila
tidak perlu mempercepat laju gerakan operculumnya untuk mencukupi kebutuhan
oksigenya karena jumlah oksigen cukup berlimpah di lingkungan. Gerakan
operculum adalah indikator respirasi dari ikan sedangkan suhu adalah faktor pembatas kehidupan ikan. Jika suhu
menurun maka semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup operculumnya.
Pada peristiwa temperatur dibawah suhu kamar maka tingkat frekuensi membuka dan
menutupnya operculum akan semakin lambat dari pada suhu kamar. Dengan adanya
penurunan temperatur, maka terjadi penurunan metabolisme pada ikan yang
mengakibatkan kebutuhan O₂ menurun,
sehingga gerakannya melambat.
Laju operculum pada kondisi asli pada ikan nila di habitatnya yang asli
dengan kandungan oksigen yang sesuai dengan kebutuhan ikan nila, sehingga ikan
tidak perlu mempercepat atau memperlambat gerakan operculum untuk mencukupi
kebutuhan oksigen didalam tubuhnya.
penurunan suhu dari suhu kamar hingga suhu dibawah kamar (29 C – 20 C)
semakin melambat ikan itu membuka serta menutup operculumnya.
Gerakan operkulum sebenarnya merupakan indikator laju respirasi Ikan.
Sedangkan suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan ikan. Telah diketahui
bahwa suhu tinggi akan menyebabkan berkurangnya gas oksigen terlarut, akibatnya
ikan akan mempercepat gerakan operkulum untuk mendapatkan gas oksigen dengan
cepat sesuai kebutuhan respirasinya
4.1.3
Kondisi Lingkungan Asam
Basa
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan yaitu
terhadap ikan nila (Oreochomis niloticus) dan ikan gabus (Canna striata) dengan
mengamati tingkah laku ikan tersebut,. Pada pH 6 keadaan ini air dalam keadaan
asam ikan nila dan ikan gabus setelah dimasukkan bergerak aktif dan lincah,
pada pH 5 ikan bergerak aktif, namun tidak terlalu aktif begitupun juga ikan gabus, dan pada pH 4 ikan
bergerak seperti biasa normal, namun mulai diam.
pH 7 keadaan ini air dalam keadaan netral ikan nila dan ikan gabus bergerak aktif dan linca, pada pH 8 ikan nila
dan ikan gabus sedikit mulai lemas, dan
pada pH 10 ikan nila bergerak kebawah ke dasar aqkuarium dan ikan gabus
bergerak ke dasars aqkuarium lama-lama kedua ikan ini mulai pucat dan mulai
melemah . Ikan nila langsung berenang ke dasar permukaan air aqkuarium dan ikan gabus terlihat menggambil oksigen ke atas permukaan
air secara bergantian dan terlihat juga ikan nila sering berada di dasar air aquarium
sedangkan ikan gabus bergerak ke atas permukaan air aqkuarium sesekali saja dan pada ikan nila pun badannya
pucat terlihat selalu diam di dasar permukaan air dan ikan gabus pun terlihat
badannya pucat sedikit memerah mulut.
BAB
V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
1.
Tiap-tiap sirip dari ikan memiliki
fungsi masing –masing dalam menjaga keseimbangan tubuh ikan dan menjaga
teraturnya pergerakan ikan dalam air tersebut.
2.
Dalam tubuh ikan memiliki keseimbangan,
ikan mujair mempunyai gelembung renang dan sirip.
3.
Ikan akan menjadi sangat agresif namun
berenang tanpa arah ketika linea literalisnya di rusak, karena ikan tidak mampu
untuk mendeteksi perubahan gelombang dan mengidentifikasi lingkungan sekitamya.
4.
Perubahan suhu air tidak berpengaruh nyata pada
perubahan gerakan operkulum ikan setelah dilakukan analisis data secara Anova
one way.
5.
Suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan Ikan,
suhu yang tinggi menurunkan kelarutan gas oksigen dalam air sedangkan suhu yang
rendah menaikkan kelarutan gas oksigen dalam air.
6.
Gerakan operkulum merupakan indikator laju respirasi
dan kadar oksigen terlarut dalam air. Suhu mempengaruhi laju respirasi ikan dan
kadar oksigen dalam air.
7.
Ikan akan bergerak seperti biasa jika
pH air sesuai dengan daya tahan tubuh ikan terhadap lingkungan.
8.
Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau netral.
9.
Insang merupakan organ penting yang
mampu dilewati air mapun mineral, pemeabilitas insang yang tinggi terhadap
ion-ion dapat menyebabkan ikan selalau bergerak diam di bawah permukaan ataupun
di atas permukaan air mungkin juga bisa menyebabkan suatu ikan tersebut pingsan
ataupun mati.
5.2.
Saran
Saran saya
adalah agar praktikum selanjutnya bisa lebih baik lagi, terutama kelengkapan
alat-alat praktek perlu diperhatikan lagi agar praktikum selanjutnya dapat
berjalan dengan baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell.
2004. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3.
Jakarta. Penerbit Erlangga
Djamal,
Zoer’aini.1992. Prinsip-Prinsip Ekologi
dan Organisasi. Jakarta.
Penerbit P.T Bumi Aksara
Effendi,
I. 2004. Pengantar Akuakultur.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Fujaya, 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta. penerbit P.T
Rineka Cipta
Lesmana,
D. S. 2004. Kualitas Air Untuk Ikan Hias
Air Tawar. PT. Penebar
Swadaya.
Jakarta.
Mahardono,
1979. Anatomi Ikan. PT Intermasa,
Jakarta.
Subani,
1984. Kehidupan Di Dalam Air. Tira Pustaka, Jakarta.
Tunas,
Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan
Toloestei. Yogjakarta. Penerbit
Universitas
Gadjah Mada
Slot games at Jammy Casino - Joliet (CT) - JT Hub
ReplyDeletePlay online slots 보령 출장안마 at Jammy Casino 안동 출장마사지 in Joliet, IL. You can win with this casino bonus from 경주 출장마사지 the new 제천 출장마사지 bonus 동해 출장마사지 code: JTBLOT. Enjoy all of your favorite